Kampung Adat Parona Baroro terletak di Desa Waikaninyo, Kecamatan Kodi Bangedo, dan merupakan salah satu kampung tradisional yang masih mempertahankan adat dan budaya Marapu. Berdasarkan informasi lisan masyarakat setempat, kampung ini terbentuk pada abad ke-17 melalui upacara adat yang dilaksanakan oleh Rato Beru, Rato Padudu, dan Rato Tende Kapepe dari Kampung Waindimu. Ketiga Rato tersebut menetapkan nama Parona Baroro melalui musyawarah dan kompromi, mencerminkan hubungan kekerabatan yang erat dengan Kampung Waindimu sejak awal berdirinya kampung.
Daya tarik utama kampung ini terletak pada keaslian rumah adat (Uma Kalada) dan kubur batu megalit yang berjejer di tengah dan di luar kampung. Beberapa kubur memiliki pintu penutup yang tetap terbuka, dipersiapkan untuk sanak saudara yang akan meninggal, namun waktu pastinya tidak diketahui. Kampung Parona Baroro juga menjadi lokasi upacara adat Pasola awal (pemanasan), yang digelar bersama Kampung Waindimu setiap bulan Februari.
Situs ini berjarak sekitar 45 km dari Kota Tambolaka, dengan waktu tempuh ±1 jam 20 menit. Jalan menuju kampung sebagian besar beraspal dan terpelihara dengan baik. Wisatawan disarankan menggunakan kendaraan pribadi, travel sewaan, atau minibus jurusan Bondo Kodi (dilanjutkan ojek dari Bondo Kodi). Mengingat akomodasi dan restoran belum tersedia di lokasi, wisatawan sebaiknya menginap di Kota Tambolaka, membawa bekal makanan dan minuman, serta mengenakan pakaian dan alas kaki yang nyaman saat menjelajahi kampung.
Kampung Adat Parona Baroro menawarkan pengalaman wisata budaya dan sejarah yang autentik, memperkenalkan pengunjung pada tradisi Marapu, upacara Pasola, serta kehidupan leluhur Sumba Barat Daya, menjadikannya destinasi ideal bagi wisatawan yang ingin menyelami budaya tradisional yang masih hidup di tengah keindahan alam Sumba.